Ujian Komprehensif Melalui Vicon

Sebelumnya saya ingin menanyakan pendapat rekan-rekan sebagai pemerhati pendidikan berbasis IT, apakah mengadakan seminar proposal/hasil ataupun ujian komprehensif melalui Vicon (Video Conference) adalah sesuatu yang biasa di kampus lain? Karena ini adalah sebuah terobosan baru bagi kami dalam bidang pemanfaatan teknologi untuk mendukung kegiatan akademik para mahasiswa yang sedang menjalankan tahap bimbingan skripsi atau tugas akhir (TA) ketika dosennya berada diluar kampus karena sedang melanjutkan pendidikan.

Kemarin telah di adakan ujian komprehensif perdana melalui Video Conference dengan salah satu Dosen Pembimbing-nya berada di luar kampus. Seorang mahasiswa Teknik Elektro, bernama Wawan Sofwan telah mengadakan ujian komprehensif di Lab.Teknik Digital dengan salah satu dosen pembimbingnya Bapak Mona Arif Muda yang saat ini sedang berada di Kentucky, Amerika. Barangkali kalau untuk mengadakan kuliah melalui vicon merupakan hal yang biasa bagi kami (Unila) dengan Universitas lain di Indonesia maupun Universitas di luar negeri.

Ini sedang menjadi bahan diskusi kami dalam mailing list Redaksi@groups.unila.ac.id, mohon pencerahan dari kawan-kawan.


Read More...

Membumikan E-learning

Wacana e-learning sebagai media alternatif pendukung proses pendidikan sudah disosialisasikan sejak lama. Gaungnya sudah bisa dikatakan menembus batas dari level tinggkat perguruan tinggi sampai kesekolah - sekolah yang notabene belum sama sekali mempunyai sarana penunjang program tersebut. Pemerintah dengan berbagai kebijakan yang diambil berusaha keras mendorong kaum akademisi untuk membantu dalam meyebarkan program tersebut untuk dapat di implimentasikan dalam dunia pendidikan guna menunjang mutu pendidikan. Tapi, bagaimana realita yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini, program yang dirancang sangat sistematis guna menunjang proses pendidikan supaya lebih variatif, menarik, informatif, dengan berbagai kemudahan yang mempunyai gengsi kemodern-an ternyata belum sepenuhnya membumi atau dapat dimanfaatkan oleh semua pihak civitas pendidikan. Karena apa? mungkin ada yang mempunyai solusi?

Ini hanya sebagai contoh, dan ini mungkin tidak terjadi ditempat atau kampus lain. Dikampus saya tempat saya berteduh, mencari rizki, dan menuntut ilmu wacana tentang e-learning sudah sering seklali diskusikan bukan hanya dengan dengan Universitas papan atas di Indonesia semisal UI, atapun ITB tetapi juga dengan Universitas Terkemuka di Luar Negeri seerti SupAgro-Montpellier di Perancis dan juga dengan University of Kentucky membahas tentang penerapan e-learning tapi, sepertinya hasil dari diskusi itu belum sepenuhnya dapat diterapkan. Saya sebagai mahasiswa merasa kendala itu bukan hanya pada prasarana yang ada dan juga bukan dari kurangnya sosialisasi tetapi yang paling utama adalah SDM ( Sumber Daya Manusia) baik dari mahasiswa itu sendiri maupun Dosen, tetapi yang paling utama dalam hal ini adalah Dosen. Sebagai mahasiswa akan tunduk dan mengikuti apa kata dosen selama masih dalam koridor aturan yang berlaku. Mahasiswa akan mengakses melalui sarana yang telah disediakan pihak kampus yang telah disiapkan oleh pihak ICT akademik.

Sebenernya peranan dosen dalam perkembangan e-learning adalah sebagai ujung tombak sekaligus kontrol, dimana sarana yang sudah ada sumbangan dari berbagai Hibah Kompetisi yang nilai rupiahnya segede gajah dapat digunakan semaksimal mungkin (tidak mubazir), yang terjadi dikampus saya sarana ada, tetapi sepi pengguna karena hanya segelentir dosen yang menggunakannya jadi kontrol terhadap sarana juga berkurang. Sepinya penguna menjadikan kenyamanan akses dan desain website e-learning kurang diprioritaskan, akhirnya yang timbul adalah kejenuhan "halah cuman kek gitu tho e-learning yang digembar-gemborkan, bagusan juga blog temen saya"

Paparan diatas hanya sebatas contoh kecil curahan hati seorang mahasiswa, saya sadar semuannya masih dalam proses perbaikan, semoga proses yang sedang kita jalani akan menjadi pondasi yang kokoh dalam sebuah bagunan Keberhasilan.


Read More...

PanHack Acer 2007 - Lampung


Suasana PANHACK 2007 ( Pazia Acer Nasional Hacking Competition 2007) yang sempat mapir ke Lampung tepatnya di Gedung Aula Perpustakaan Universitas Lampung






Read More...

Learning by Doing

Setiap Dosen mempunyai karakter mengajar beranekaragam, ada dosen yang prefecsionis begitu masuk keruangan kelas segala peralatan pendukung antara lain laptop, lcd proyektor, dan TOA sound system sudah tersedia. Ada lagi dosen yang cool sok cuek dengan mengajar alat seadanya modal spidol tanpa penghapus kadang menghapusnya pake kertas tisue pun tetap tersenyum dosen seperti ini biasannya pandai melucu dan humoris cuman terkesan tidak elegan terasa biasa aja.

Saya paling suka dengan cara mengajar dosen yang semi prefecsionis dalam artian cara dosen mentrasfer ilmu kepada para mahasiswanya tidak seperti guru sd, smp, sma mengajarkan pada murid-muridnya. Saat sang dosen masuk kekelas gerak - geriknya sudah terbaca dari raut mukannya yang meyakinkan seperti sudah mempersiapkan materi yang akan diajarkan sebelumnya. Cara penyampainnya poin per poin untuk menuju ke inti pelajaran yang sedang dipelajari, sang dosen selalu memberikan rekomendasi dari literatur buku-buku yang harus kami baca dan banyak alternatif sebagai solusi.

Sangat menyenangkan belajar dengan sedikit sentuhan teknologi informasi (IT) dosen tidak perlu banyak omong didepan kelas, disinilah pertama kali saya dikenalkan langsung dengan e-learning. Pada saat itu hanya dikenalkan saja belum sama sekali mempraktekan kami hanya di beritahukan alamat untuk mengaksesnya, kata sang dosen semua bahan yang sedang saya bicarakan sudah ada di situ kamu tinggal ambil saja, caranya di download simpan di flasdisk atau disket trus kamu bisa print out file-file tersebut, mudahkan? ungkapnya dengan sedikit bangga.

Sejak saat itulah ketertarikan saya untuk mencoba mendapatkan materi yang seperti disampaikan sang dosen dan belajat internet untuk mengakses e-learning.

Perkembangan e-learning begitu pesat, kalau dulu setau saya e-learning adalah website yang disediakan universitas dan bernama e-learning.xxxx.ac.id. Tapi sekarang banyak sekali media - media alternatif seperti blog dimanfaatkan untuk media pembelajaran contohnya seperti saya baca di Forum Acer.

Bisanya kita karena belajar, membaca, bertanya dan berdiskusi dengan sesama. Semoga sistem pendidikan dilingkungan kita ditingkat kelurahan, kecamatan, kabupaten, kotamadya yang ada dinegara kita semakin hari semakin baik baik dari segi kuantitas maupun kualitas.


Read More...

Perkenalanku Dengan E-learning

Kata e-learning pertama kali aku baca dan lihat sekitar tahun 2001 yang lalu, ketika itu saat selesai mengikuti tes Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) terus tahun berikutnya namanya berubah menjadi Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan sekarang berubah lagi menjadi Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri ( SMPTN), tetapi kata e-learning tidak berubah sampai sekarang. be continue mau kerumah sakit dulu....( akhirnya tetangga gw pulang dari rumah sakit dengan masih menahan sakit, gak jadi dioprasi gara2 pake Kartu Gakin)


Read More...

Mengenal E-learning

Written by Fenny Wijaya

E-learning kini telah menjadi kebutuhan dari banyak perusahaan di Indonesia dalam usaha untuk meningkatkan daya saing dan kompetensi karyawannya. Bahkan Majalah SWA dalam edisi tanggal 21 November 2007 memuat satu Sajian Khusus dengan judul “Ini Era e-learning, Bung!”. E-learning adalah sebuah proses belajar yang menggunakan komputer melalui jaringan internet, dengan informasi dikirimkan melalui browser seperti Internet Explorer, Firefox, Netscape Navigator dan sebagainya. Atau dengan kata lain, e-learning adalah belajar berbasis browser (browser-based learning). E-learning memungkinkan para pesertanya belajar seperti proses belajar tatap muka. Para peserta bisa belajar modul per modul tanpa terikat ruang dan waktu.

Para peserta tidak harus duduk untuk waktu yang lama seperti belajar dalam kelas. Mereka bisa menyesuaikan waktu yang ada dan modul yang hendak dipelajari bisa diselesaikan dengan cara menyicil, bahkan jika kurang mengerti satu bagian yang sudah dilewati, para peserta juga diperbolehkan untuk mengulang kembali bagian tersebut, cukup dengan men-klik icon yang sudah disediakan. Tidak hanya sampai di situ, para peserta e-learning juga bisa terlibat penuh dalam setiap aktifitas yang sudah dirancang sedemikian rupa untuk membuat seseorang mengerti dengan baik modul yang diajarkan, seperti simulasi, studi kasus, dan juga tes yang diberikan pada setiap akhir modul. Itu semua tidak terlepas dari materi e-learning yang berkualitas yang dirancang dengan tingkat interaksi yang tinggi; penuh dengan simulasi dan animasi; adanya video, audio dan multi media lainnya; dapat ditelusuri dengan mudah progress proses pembelajarannya dan nilai yang sudah diperoleh.

E-learning tidak hanya bisa dipelajari oleh satu orang tetapi juga bisa dimanfaatkan oleh sekelompok orang yang terdaftar dalam sebuah perusahaan. Perusahaan hanya perlu membeli modul e-learning topik tertentu beserta dengan lisensi untuk sejumlah peserta yang membutuhkan. Modul tersebut akan di down-load ke dalam server perusahaan. Selanjutnya adalah para peserta hanya perlu mem-browse dari server yang ada di perusahaan tersebut dengan menggunakan password sesuai dengan lisensi yang dimiliki. Perusahaan juga bisa melakukan pengawasan terhadap perkembangan dari setiap karyawan. Perusahaan cukup browse dari server catatan nilai dari setiap peserta. Sehingga dengan demikian, perusahaan dapat memastikan bahwa investasi yang dikeluarkannya untuk meningkatkan ketrampilan para karyawannya betul-betul memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Ada beberapa alat (tool) yang bisa digunakan untuk mengetahui seberapa efektif sebuah training termasuk e-learning. Salah satunya adalah dengan menghitung ROI (return on investment). Jika peserta merasa kurang bersemangat belajar sendiri atau tidak punya teman diskusi, peserta boleh janjian dengan beberapa teman yang juga mengikuti kelas e-learning untuk melakukan live e-learning pada waktu yang sudah disepakati bersama secara berkala. Adapun cara lainnya adalah berkomunikasi lewat VoIP (Voice over IP), sehingga tidak perlu melakukan kelas tatap muka. Jika peserta mempunyai pertanyaan yang hendak ditanyakan atau ada bagian yang kurang dimengerti bisa langsung bertanya ke fasilitator secara on-line dengan meng-klik icon yang sudah tersedia yang bisa menghubungkannya langsung dengan si fasilitator.

Sejak ditemukannya hingga sekarang, sudah banyak organisasi bisnis dan akademis yang menerapkan e-learning, contohnya Bank Mandiri, PT. SAP Indonesia, PT. Telekomunikasi Indonesia, IBM Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Padjadjaran. Di Amerika sendiri, pada tahun 2004 e-learning telah digunakan di hampir 90% universitas yang memiliki lebih dari 10.000 siswa, dan hampir 60% perusahaan telah atau mulai mengimplementasikan e-learning di perusahaan mereka.

Untuk mengetahui seberapa efektifnya e-learning dibandingkan dengan pelatihan tatap muka, Gartner pernah melakukan survey dan survey itu menunjukkan bahwa ternyata efektifitas e-learning tidak jauh berbeda dibandingkan dengan pelatihan tatap muka, bahkan e-learning dinilai lebih cost-effective dan jauh lebih efisien dalam penggunaan waktu belajar.

Sumber : Lutan Edukasi e-learning Solution will help you and your organization reap the benefits of e-learning today


Read More...

Efektifitas E-learning

Memangkas Biaya Training Tanpa Mengurangi Mutu

Edisi 50 Mei 2008

Berapa banyak biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengadakan training ? Seringkali para training koordinator disibukkan dengan pemesanan ticket dan kamar hotel untuk melaksanakan training-training yang sebetulnya sederhana seperti pengenalan dan pembahasan mengenai prosedur kerja atau kebijakan perusahaan yang baru. Dalam beberapa kesempatan kita pernah membahas mengenai perlunya cara-cara baru di dalam pelaksanaan training hingga mengenalkan konsep e-learning. Dengan semakin melonjaknya biaya sebagai reaksi terhadap masalah-masalah kelangkaan energi dunia dan juga global warming maka rasanya praktisi HR harus semakin mepercepat proses transformasi pengajaran mempergunakan metode e-learning.

Dalam pengertian yang sederhana maka e-learning memiliki banyak asosiasi pengertian diantaranya adalah pembelajaran jarak jauh, edukasi on-line, pelatihan berbasis komputer, dan “kelas virtual”. Semua pengertian tersebut tetap dapat mengacu kepada hal yang sama yaitu: proses pembelajaran atau pelatihan yang dilaksanakan secara elektronik. E-learning dapat melibatkan audio atau videotapes, CD-ROM dan DVD, video coferencing, e-mail, live chat, pemakaian Web dan akhir-akhir ini mempergunakan mobile content. Proses pembelajaran dapat terjadi secara synchronously atau secara “real time” atau asynchronously atau berarti peserta menjalani proses belajar berdasarkan waktu yang disesuaikan sesuai kebutuhan peserta.

E-learning menjadi sangat popular untuk bisnis training karena dengan metode ini dapat dipotong biaya travel yang cukup besar. Dari beberapa referensi diharapkan bahwa pembelajaran melalui e-learning tumbuh 10% hingga 15% setahun dan bahkan terakselerasi hingga ke level 30% sebagai response atas penghematan biaya pelatihan dan HR untuk beberapa tahun mendatang.

Saat ini e-learning telah secara luas diterima menjadi media edukasi yang diterima luas di berbagai belahan dunia. Hampir lebih dari 60% akademi dan universitas di Amerika saat ini menawarkan kursus dan training melalui internet. Menurut American Federation of Teachers, Eduventures menyatakan bahwa lebih dari 1 (satu) juta peserta mendaftarkan diri untuk mengikuti program kelulusan melalui program tradisional dan non tradisional program seperti yang diselenggarakan oleh University of Phoenix. Penyelenggaraan online MBA mulai diperkenalkan oleh banyak Universitas seperti University of Massachusetts, Arizona State University, University of Florida, dan Universitas Baltimore.

Kelas-kelas yang bersifat Non Credit juga banyak sekali bermunculan menawarkan berbagai macam program mulai dari program yang sederhana seperti bagaimana mempergunakan program Microsoft Word hingga bagaimana menjadi Pemimpin yang efektif. Barnes & Noble University dan Charles Schwab & Co. Inc’s Learning Center adalah beberapa institusi yang menawarkan servis pendidikan secara e-learning.Bahkan saat ini agensi pemerintah di Amerika juga seperti New York Department State of Labor mulai juga mempergunakan sarana e-learning dan e-courses.

Mengapa Perusahaan semakin tertarik untuk menjalankan e-learning ? Setidaknya ada beberapa alasan baik secara tangible benefit maupun intangible benefit diantaranya:
• Mampu secara nyata mengurangi biaya-biaya pelatihan. Untuk isu-isu Indonesia dan dunia pada umumnya yang saat ini sedang menghadapi berbagai isu global maka pemilihan mempergunakan metoda e-learning adalah pilihan yang ideal dengan pengurangan biaya perjalanan dinas, instruktur, ruang penginapan, meeting dan training, serta biaya percetakan. Kekuatiran perusahaan atas efektifitas e-learning secara gamblang dijelaskan oleh Kevin Kruse saat ini menjabat sebagai e-learning columnist dan sebagai Chief Learning Officer and President of AXIOM Professional Health Learning dan juga sudah membangun e-learning services untuk Merrill Lynch, Coca-Cola, DuPont, Johnson & Johnson, Merck, Delta Airlines. Kevin mengadakan banyak sekali penelitian mengenai e-learning dan memberikan gambaran keuntungan-keuntungan pemakaian teknologi e-learning sebagai berikut:
• Untuk sales training program mampu meningkatkan sales sebesar 2 %.
• Untuk program customer service mampu meningkatkan kepuasan pelanggan sebesar 10 %.
• Untuk safety training program mampu mengurangi angka kecelakaan di tempat kerja di dalam satu tahun sebesar 30%.
• Untuk quality control program mampu mengurangi kerusakan produksi hampir 20 %.
• Untuk yang berkaitan dengan IT program mampu mengurangi panggilan ke bagian IT help desk sebesar 30 %.
• Untuk communication training program mampu menaikkan rating apresiasi kepada lini manajer oleh bawahan sebesar 10 %.
• Peningkatan waktu pembelajaran rata-rata sebesar 40% sampai 60 %, menurut Brandon Hall (Web-based Training Cookbook).
• Meningkatkan retensi karyawan dan lamaran pekerjaan sebesar rata 25 % dibandingkan dengan metode tradisional, berdasarkan study independen yang dilakukan oleh J.D. Fletcher (Multimedia Review).
• Menjaga konsistensi kualitas fleksibilitas pelatihan e-learning melalui content yang bersifat asynchronous, dan self-paced e-learning.
• Expert knowledge dapat dikomunikasikan secara langsung, lebih penting lagi mampu secara baik dipaparkan melalui program e-learning dan knowledge management systems yang baik dan terarah.
• Memberikan bukti kepesertaan dan sertifikat pelatihan secara langsung, dan beberapa elemen training yang penting dapat diautomasikan.

Untuk menjalankan program-program e-learning maka setidaknya Perusahan perlu untuk secara intensif membudayakan program e-learning di Perusahaan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Membangun Budaya yang menghargai e-learning sebanyak persepsi yang saat ini lebih menghargai pembelajaran tradisional yang bertumpu kepada budaya tatap muka peserta dan pengajar. Jika karyawan mendapatkan impresi bahwa pembelajaran e-learning adalah kelas dua dibandingkan training tradisional maka karyawan akan memperlakukan e-learning dengan tidak serius.

Membangun e-learning kedalam event-event regular karyawan seperti orientasi, performance review, refreshment training, compliance, atau edukasi training lanjutan lainnya.

Mempromosikan inisiatif e-learning melalui newsletters, e-mails, brosur dalam bulletin boards, dan juga dalam staff meetings. Mengingatkan karyawan apa-apa saja hal yang tersedia; dan mengingatkan kapan terdapat hal-hal baru yang dimasukkan ke dalam e-learning.

Memfokuskan kepada hasil akhir sedalam perhatian terhadap content yang dihasilkan. Memetakan dengan dalam apa yang dapat membuat karyawan tertarik untuk mengikuti e-learning? Apa yang akan mereka peroleh setelah mengikuti program ini? Dan bagaimana perusahaan akan mengukur keberhasilannya ?

Mempergunakan interface dan teknologi yang dikenal seperti standard Web browser atau Microsoft Windows interface. Sehingga karyawan tidak mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari proses e-learning.

Memasukkan elemen interaktif. Jika memungkinkan fasilitas e-learning mampu memberikan pengalaman interaksi dengan instruktur termasuk pemberian kuis dan response terhadap pertanyaan-pertanyaan terhadap peserta.

Sumber


Read More...